ya mengingatkan teman-teman aktivis bola, dulu Indonesiaitu di bawah Bung Karno karena suatu prinsip politik luar negerinya yang anti imperialisme,sampai berani menyatakan keluardari PBB. Ini cuma gertakan FIFA kita sudah mau mengkeret. FIFA saja banyak masalah dari korupsi, suap sampai penggelapanpajak. Oleh karenanya sejak tahun 2012 parlemen Swiss mengeluarkan undang-undang yang menegaskan bahwa FIFA harus tunduk pada hukum Swiss. Ini berbeda dengan kantor PBB dan WTO di Jenewa yang mempunyai kekebalan diplomatik.Oleh karenanya polisi Swiss bisa menggerebek ke markas FIFA dan menangkap sejumlah pejabatnyayang terlibat korupsi.Kedaulatan sebuah negara menurut teori maupun hukum internasional bersifat mutlak. Jadi, jangankan FIFA, organisasi internasional sekelas PBB pun pejabatnya dilarang melakukan pelecehan terhadap suatu negara. Juga seorang duta besardan diplomat negara asing, meskinegara sekuat seperti Rusia dan Amerika, jika melakukan pelecehan kepada suatu negara, maka dubes atau diplomat tersebut akan dijatuhi sanksi pengusiran atau persona non grata. Kita tidak boleh membiarkan Presiden dan kedaulatan negara kita dilecehkan oleh pejabat FIFA.Sikap arogan sejumlah anggota FIFA itu sesungguhnya merupakan bagian dari kelemahan diplomasi olahraga Indonesia. Selama ini korps diplomatik luar negeri tidak melihat olahraga sebagai bagian integral diplomasi, jadi kita selalu menjadi penonton bukan partisipan. Bayangkan Papua Nugini, Malaysia, Filipina, Thailandsaja bisa jadi anggotaexecutivecommitteeFIFA. Indonesia jangankan di FIFA, di AFC saja tidak didengar. Kelemahannya adalah kita tidak proaktif di luar,tetapi sudah cukup puas dengan berkuasa di dalam negeri. Oleh karenanya, pelanggaran dan kekacauan makin menjadi sebab yang terjadi adalah permainan bola yang tidak sesuai dengan prinsipfair playandfair game.Sangat jelas masalahnya, ada mafia bola dalam tubuh PSSI, adapengaturan skor, wasit, pemain, dan pelanggaran hukum lainnya, tapi malahan dibela oleh FIFA. Masalah mendasar adalah tidak ada kepercayaan pemerintah danpublik bahwa PSSI akan bisa membersihkan dirinya sendiri selama oknum yang bermasalah masih berkuasa. Ibaratnya, sampai kiamat pun prestasi Indonesia dalam hal sepak bola tidak akan membaik.Contoh kecil, untuk menjadi anggota ISL yang idealnya merupakan tim elite sepak bola Indonesia, sebuah klub harus merangkak dari bawah. Tapi anehbin ajaib ada klub Bonek FC yang tiba-tiba berubah menjadi Surabaya United bisa bertenggerdalam klub elite tanpa kerja apapun. Bayangkan hebohnya sepak bola Eropa jika tiba-tiba klub Reading FC yang kelas kampung disejajarkan dengan Arsenal, Liverpool, Chelsea, Manchester United, dll.Tapi kejadian aneh bin ajaib itu terjadi di dunia bola Indonesia.Solusinya sangat jelas, sesuai gerakan Revolusi Mental PresidenJokowi, kini saatnya merevolusi sepak bola Indonesia. Bongkar habis PSSI. Bersihkan cabang olahraga yang paling populer ini dari anasir jahat dan destruktif.Kita kembalikan hak mengelola sepak bola kepada lebih dari 500 klub bola yang ada. Semua orang bermasalah yang berkuasa di PSSI sekarang ini harus dinyatakan haram mengurus bola, ganti dengan orang-orang idealis, bersih dan cita-citanya satu: memajukan bola demi bangsa dan negara.Ada rencana jelas dari Tim Transisi yang akan menggelar Kongres Luar Biasa PSSI dalam waktu dekat. Tidak perlu takut dengan ancaman FIFA, semua negara yang berani memberantas korupsi dan mafia bola, akhirnya maju pesat. Lihat saja Australia, Yunani, Vietnam, dan masih banyak lagi yang lainnya. Negara kita seluas EropaBarat, kompetisi yang sehat di semua lini akan membangkitkan kualitas sepak bola kita. Masyarakat sudah muak dengan korupsi pengaturan skor dan judibola yang menghancurkan persepakbolaan nasional.Kita harus bersikap rawe rawe rantas, malang malang tuntas.Go to hell withFIFA, jangan ganggu kedaulatan kami. Saya berharap, Kongres FIFA bulan Februari nanti bisa membersihkan tokoh korup di organisasi itu dan punya dampak positif terhadap persepakbolaan Tanah Air. Sikap tegas harus kitasampaikan: No Way dengan rezimPSSI sekarang ini.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar